Jumat, 07 Oktober 2011

LARAS BAHASA TENTANG GIZI

Laras bahasa (bahasa Inggris: register) adalah ragam bahasa yang digunakan untuk suatu tujuan atau pada konteks sosial tertentu. Banyak sekali laras bahasa yang dapat diidentifikasi tanpa batasan yang jelas di antara mereka. Definisi dan kategorisasi laras bahasa pun berbeda antara para ahli linguistik. Salah satu model pembagian laras bahasa yang paling terkemuka diajukan oleh Joos (1961) yang membagi lima laras bahasa menurut derajat keformalannya, yaitu (1) beku (frozen), (2) resmi (formal), (3) konsultatif (consultative), (4) santai (casual), dan (5) akrab (intimate).

Ragam beku digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan. Ragam resmi digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato resmi, rapat resmi, dan jurnal ilmiah. Ragam konsultatif digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar. Ragam santai digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab. Ragam akrab digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim.

Ahli Gizi : Seorang yang mempunyai pendidikan gizi dengan ijazah minimal sarjana muda gizi atau D3 Gizi dan sarjana berlatar belakang gizi yang bekerja dalam upaya memelihara dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembangan iptek gizi, serta ilmu – ilmu terkait.

Akademi Gizi : Pendidikan kesehatan setingkat akademi dengan kekhususan mempelajari bidang ilmu gizi dan dietetik.

AKB : Angka Kematian Bayi Jumlah kematian bayi umur di bawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun.

Baduta : Anak berumur di bawah dua tahun (0 sampai 23 bulan).

Besi haem : Sumber zat besi yang berasal dari makanan hewani.

Boraks : Senyawa garam yang dibentuk dari asam boraks dan natrium.

Dietetik : Praktik dan penerapan ilmu dan seni pengaturan macam dan jumlah makanan berdasarkan kondisi kesehatan, kebutuhan gizi, dan sosial ekonomi pelanggan.

Formula 100 : Makanan cair untuk anak gizi buruk, diberikan pada fase transisi selama 30 hari.

Gabah : Hasil tanaman padi yang telah dilepaskan dari tangkainya dengan perontokan.

Gram : Satuan ukur berat dalam sistem metrik.

Higroskopis : Sifat zat/benda menyerap air, misalnya garam dapur.

Hipermetabolisme : Percepatan metabolisme lebih tinggi dari keadaan normal.

Hipovitaminosis : Keadaan yang terjadi karena kelebihan vitamin terutama vitamin larut dalam lemak.

Imunitas : Sistem kekebalan tubuh.

Jasaboga : Perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan.

Kasein : Fosfoprotein yang membentuk sekitar 80 % protein pada susu dan keju.

Keratomalacia : Gangguan pada mata yang menyebabkan kornea menjadi kering dan buta. Penyebab utamanya adalah kekurangan vitamin A.

Klien Gizi : Sasaran konseling gizi yang datang karena membutuhkan informasi tentang masalah kesehatan dan gizi.

Kolagen : Struktur organik (protein) pembangun tulang, gigi, sendi, otot dan kulit, dan mencapai sekitar 30 % dari seluruh protein yang terdapat di dalam tubuh.

Leusin : Sejenis asam amino esensial yang umumnya dengan kandungan cukup dalam bahan makanan.

Lipid : Kelompok senyawa tidak larut dalam air tetapi larut dalam hidrokarbon, kloroform dan alkohol.

Madu : Cairan kental yang dihasilkan oleh lebah dari nektar bunga.

Magnesium : Sejenis mineral esensial yang terdapat dalam klorofil daun.

Malnutrisi : Keadaan gizi kurang atau gizi lebih karena asupan zat gizi di bawah atau di atas kisaran asupan yang dianjurkan dalam waktu yang lama.

Marasmus : Kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.

Menu : Susunan makanan atau hidangan yang dimakan oleh seseorang untuk sekali makan atau untuk sehari menurut waktu makan.

Neurotransmitter : Suatu zat yang dikirimkan oleh suatu sel saraf untuk mempengaruhi sel saraf lainnya atau membran organ target.

Nitrat : Senyawa yang terdapat alami dalam tumbuhan atau sayuran tanah dan pupuk buatan.

Nitrit : Zat pengawet daging dan ikan yang aman.

Obesitas : Suatu penyakit kronis dengan ciri-ciri timbuhan lemak tubuh yang berlebihan.

Obligatori : Jumlah minuman yang wajib ada agar fungsi-fungsi vital dapat bekerja.

Obstipasi : Sembelit, konstipasi, tidak bisa buang air besar yang parah.

Osteoklas : Sel yang berperan penting dalam kerusakan tulang dengan cara meresobsi kalsium dari tulang.

Palatable : Rasa makanan atau minuman yang dapat dikecap, dirasa oleh lidah.

Ponderal Indeks : Indeks untuk mengukur kegemukan dengan rumus akar berat badan dibagi tinggi badan.

Pika : Kebiasaan makan menyimpang karena keinginan makan bukan makanan yang biasa dikonsumsi seperti makan tanah liat, pasir, bata, kertas dan lainnya.

Treonin : Salah satu dari asam amino esensial yang ditemukan paling akhir yaitu tahun 1935.

Trombosit : Pembentukan endapan darah dalam dinding pembuluh darah.

Gastroenteritis : Peradangan lambung dan usus.

Higiene pangan : Kondisi dan perlakuan yang diperlukan untuk menjamin
keamanan pangan di semua tahap rantai pangan.

Maltosa : Salah satu jenis gula disakarida (selain sukrosa dan laktosa) yang terdiri dari dua unit glukosa.

Iodium : Zat gizi mikro yang esensial.

Manosa : Sejenis gula dengan atom karbon enam.

Menu seimbang : Menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan, serta pertumbuhan dan perkembangan.

Pola Konsumsi : Susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata perorang perhari yang umum dikonsumsi penduduk dalam jangka tertentu.

Polisakarida : Karbihidrat kompleks dengan rangkai panjang, yang terbentuk dari susunan molekul gula yang lebih sederhana monosakarida dan disakarida.

Produksi pangan : Kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah,
membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan mengubah bentuk pangan.

Protease : Enzim yang mengurai protein menjadi asam amino.

Protein referens : Konsep teoritis untuk menilai mutu protein yang dapat digunakan oleh tubuh dengan efisiensi mendekati 100 % berapapun konsumsinya.

Provitamin : Senyawa awal pembentuk vitamin dalam metabolisme tubuh.

Status gizi : Cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi.

Sterilisasi : Cara pengawetan dengan pemanasan produk pada temperatur sangat tinggi untuk membebaskan dari unsur yang tidak dikehendaki.

Stigmasterol : Sterol yang terdapat dalam stigma tanaman.

Sulfites : Zat pengawet makanan dan mempertahankan warna asli makanan terutama buah dan sayuran.

Suplementasi : Penambalan satu atau lebih unsur pada keadaan yang biasa terjadi.

Teratogenik : Senyawa yang dapat menyebabkan kelainan pada janin sehingga dapat menyebabkan kelainan pada janin sehingga dapat menyebabkan cacat waktu bayi dilahirkan.

DAFTAR PUSTAKA

Sandjaja, dkk. 2009. Kamus Gizi. Jakarta: Kompas.
http://id.wikipedia.org/wiki/Laras_bahasa

Read More..

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PANGAN UMBI-UMBIAN KENTANG

I. Judul : Umbi-umbian Kentang

II. Hari dan Tanggal : Selasa, 13 September 2011

III. Tujuan

Umum :
Mengetahui mutu berbagai jenis umbi-umbian.

Khusus :
1. Dapat membedakan jenis umbi-umbian dan hasil olahannya.
2. Dapat menentukan tanda-tanda kesegaran dan kerusakan berdasarkan sifat mutu.
3. Dapat melakukan penanganan berbagai jenis umbi-umbian.
4. Dapat melakukan pemasakan yang tepat.
5. Dapat menentukan lama, suhu, pemasakan, perubahan yang terjadi selama pemasakan.
6. Dapat menghitung faktor konversi dan porsi yang dapat dimakan.
7. Dapat menghitung persentase penambahan atau penurunan setelah pemasakan.
8. Dapat menghitung rendemen.


Dasar Teori

Umbi-umbian merupakan produk pangan sebagai sumber karbohidrat. Salah satu produk umi-umbian adalah kentang. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan. Di pasaran, kentang dipisah-pisahkan menurut ukurannya dan dinamakan kualitas A, B, C, dan D. Kualitas A adalah yang terbaik. Penyebutan 'kentang kualitas AB' berarti campuran dari kualitas A dan B.

Salah satu perubahan fisik yang terjadi pada kentang pasca panen adalah kepoyohan. Kepoyohan merupakan perubahan warna daging ubi segar menjadi coklat kehitaman. Proses kepoyohan pada kentang dapat disebabkan oleh reaksi pencoklatan (browning) secara enzimatis maupun non enzimatis.

Selain kepoyohan terjadi pula kerusakan – kerusakan. Yang dimaksud dengan kerusakan yang terjadi pada kentang segar adalah yang disebabkan oleh faktor fisik, mekanik, mikrobiologi, kimiawi dan biologis. Penilaian ini dilakukan secara subjektif. Kerusakan tersbut dapat dilihat dari penampakan fisik. Yang dimaksud dengan penampakan fisik adalah yang menyangkut bentuk, ukuran dilakukan secara obyektif sedangkan warna daging, bau, tekstur, rasa, bentuk dan sebagainya, peneliaian inidilakukan secara subyektif.

Alat dan Bahan

Alat:
• Panci
• Penggorengan
• Piring makan
• Waskom
• Serok
• Sutil
• Talenan
• Piring Snack Ceper
• Piring Lauk Ceper
• Garpu
• Timbangan
• Termometer
• Nampan
• Mangkok
• Kompor
• Pisau

Bahan :
• Kentang
• Minyak goreng
• Air

Prosedur Kerja

1. Kepoyohan
a. Kami mengambil 1 potong kentang segar, menguliti, dan diamkan selama 1 jam di udara terbuka, kemudian melakukan pengamatan secara visual.
b. Untuk hal serupa, kami melakukan pengamatan pada kentang kupas yang direndam air selama 1 jam.

2. Kerusakan
Kami mengambil beberapa potong kentang, lalu mengamati secara visual beberapa penyebab kerusakan seperti :
-Faktor fisik dan mekanik, ditandai dengan adanya kulit terkelupas, memar, dan terpotong.
-Mikrobiologis (kapang) yang ditandai dengan tumbuhnya miselium, bau dan perubahan warna.
-Kimiawi yang ditandai dengan adanya perubahan warna (kebiru-biruan, coklat kehitaman) oleh enzim atau bukan.
-Biologis (serangga) ditandai dengan adanya bekas gigitan/lubang.

3. Penampakan fisik
Kami mengambil beberapa potong kentang segar, lalu mengamati secara visual bentuknya (bulat lonjong), warna (putih, kuning, agak kekuningan), tekstur, bau, dan rasanya.

4. Pengolahan
a. Kami melakukan pemasakan pada kentang dengan cara:
- Direbus
- Digoreng, diiris tipis (dibuat kripik)
- Melakukan penimbangan berat mentah kentang
b. Kami melakukan pengamatan pada masing-masing perlakuan (setelah diolah) terhadap:
-Lama dan suhu pemasakan
-Subjektif : meliputi warna, bau, dan rasa
-Objektif : berat akhir hasil pemasakan
-Menghitung (%) penambahan atau penurunan berat
-Menghitung faktor konversi berat mentah masak dan berat yang dapat dikonsumsi
-Menghitung rendemen

Keterangan :
Berat yang dapat dimakan (BDD) adalah berat bersih bahan makanan yang dapat dikonsumsi setelah dikurangi berat bahan-bahan lain (kulit, tangkai, biji, atau bagian lain) yang tidak dapat dimakan.
BDD = (Berat bersih)/(Berat kotor)×100 %

Faktor konversi berat mentah masak =
(Berat mentah bersih (BDD))/(Berat masak)

% penambahan/penurunan =
(Berat akhir-berat mentah bersih)/(Berat mentah bersih )×100%

Rendemen = (Berat Masak)/(Berat mentah bersih) ×100 %


VII. Hasil Pengamatan

A. Bahan mentah

1. Pengamatan kepoyohan
- Pada kentang yang didiamkan selama 1 jam di udara terbuka warnanya mengusam, tekstur menjadi lebih lembek serta adanya perubahan pada bau kentang.
- Pada kentang yang direndam dalam air selama 1 jam warnanya tetap segar dan teksturnya lebih mengeras.

2. Pengamatan Penampakan Fisik
- Bentuk : Bulat tidak beraturan
- Bau : khas kentang
- Tekstur : padat, keras
- Warna : kuning
- Rasa : khas kentang
- Kerusakan : - terdapat beberapa lubang kecil
- terdapat bagian yang membusuk
- Berat kotor (sebelum dikupas) = 1100gr
- Berat bersih (setelah dikupas dan dibersihkan) = 900gr


B. Bahan yang telah diolah

1. Direbus
- Lama pemasakan : 35 menit
- Suhu pemasakan : 1000 C
- Warna : kuning
- Bau : khas kentang
- Tekstur : bulat, tidak beraturan
- Rasa : manis
- Berat mentah bersih : 350 gr
- Berat masak : 320 gr

2. Digoreng
- Rata-rata pemasakan : 4 menit 15 detik
- Memanaskan minyak : 5 menit
- Penggorengan pertama : 4 menit
- Penggorengan ke dua : 4 menit
- Penggorengan ke tiga : 5 menit
- Suhu pemasakan : 1300 C
- Warna : kuning kecoklatan
- Bau : harum khas kentang goreng
- Tekstur : kering, renyah
- Rasa : manis dan gurih
- Berat mentah bersih : 350 gr
- Berat masak : 100 gr

Perhitungan:

A. BDD
Berat sebelum dikupas (berat kotor) = 1100 gr
Berat setelah dikupas (berat bersih) = 900 gr
BDD = 900/1100×100 %=81,81 %

B. Direbus

1. Berat mentah bersih direbus = 350 gr
Berat masak = 320 gr

2. Faktor konversi berat mentah masak = 350⁄320=1,09

3. % penurunan = (320-350)/350×100 %=-8,6 %

4. Rendemen = 320⁄350×100%= 91,42 %

C. Digoreng

1. Berat mentah bersih digoreng = 350 gr
Berat masak = 100 gr

2. Faktor konversi berat mentah masak = 350⁄100=3,5

3. % penurunan = (100-350)/350 ×100 %=-71,42 %

4. Rendemen = 100⁄350×100 %=28,57 %


VIII. Pembahasan

1. Kepoyohan
Kepoyohan terjadi akibat reaksi pencoklatan (browning) secara enzim maupun nonenzim. Khususnya pada kentang, kepoyohan mengakibatkan perubahan warna menjadi pucat dan mengusam, tekstur menjadi lebih lembek serta adanya perubahan pada bau kentang.

2. Pemasakan
Pada kentang yang direbus dan kentang yang digoreng memiliki perbedaan yaitu pada teksturnya yang direbus menjadi lembek dan yang digoreng menjadi kering tetapi keduanya sama-sama mengalami penurunan berat kentang.


IX. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang kami amati dapat disimpulkan sebagai berikut :

- Berat kotor kentang = 1100 gr
- Berat mentah bersih = 900 gr
- Faktor konversi berat mentah masak direbus = 1,09 gr
- Faktor konversi berat mentah masak digoreng = 3,5 gr
- % penurunan direbus = - 8,6 %
- % penurunan digoreng = - 71,42 %
- Rendemen direbus = 91,42 %
- Rendemen digoreng = 28,57 %
- Waktu dan suhu untuk merebus = 35 menit, 100º C
- Rata-rata waktu dan suhu untuk menggoreng = 4 menit 15 detik, 130º C
- Digoreng
Warna = kuning kecoklatan
Bau = khas kentang goreng
Tekstur = kering dan renyah
Rasa = manis
- Direbus
Warna = kuning
Aroma = khas kentang rebus
Tekstur = bulat, lonjong, tidak beraturan
Rasa = manis


X. Daftar Pustaka

1. Pedoman Praktek Ilmu Pangan Umbi-Umbian
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Kentang



Penanggung Jawab


( Ulil Fatku Rohmah )
NIM : P07131011018

Read More..